Setelah libur lebaran kurang lebih dua minggu, hari ini pelatihan belajar menulis gelombang 18 dimulai lagi. Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Libur pelatihan, bukan berarti kegiatan pun libur, berbagi dengan tugas belajar di grup sebelah.
Malam ini pun sedikit galau, karena tugas sebelah belum selesai dan batas waktu pengumpulan tinggal besok. Untuk meninggalkan pelatihan belajar menulis ini, sesuatu yang sangat disayangkan. Dengan membaca bismillah, semoga semua dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Aamiin.
Ditemani setangkup roti bakar dan secangkir white coffee, aku mulai menyimak WAG yang diawali oleh ibu Kanjeng. Menyimak terlebih dahulu profil narasumber yang disajikan sang moderator, bu Aam.
Bu Musiin atau bu Iin, sapaan akrab beliau, adalah alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8. Bu Iin bersama delapan orang peserta lainnya berhasil menaklukkan tantangan menulis Prof. Eko. Wow ... kereenn ....!
Betapa inginnya aku pun bisa menyelesaikan tantangan Prof. Eko kepada peserta gelombang 18. Sebuah kesempatan yang mungkin tak akan datang dua kali. Walaupun banyak hambatan yang menghadang, aku harus bisa mengatasinya.
Seperti yang dikemukakan bu Iin, hambatan-hambatan itu bisa berupa waktu, kreativitas, teknis, tujuan, dan psikologis. Memang, waktu seringkali dijadikan alasan dalam menulis. Inilah yang kualami. Menjalani tugas sebagai seorang guru, ibu rumah tangga juga, dengan berbagai kegiatan, rasanya waktu berjalan sangat cepat dan tak mau menunggu.
Lalu bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut? Dengan banyak membaca; mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar, atau terkait dengan narasumber; disiplin menulis setiap hari; melakukan mood booster sesuai hobi masing-masing.
Nah, aku sudah tahu hambatan-hambatan dalam menulis dan cara mengatasinya. Sekarang aku harus fokus bagaimana bisa menulis. Ingat, kesempatan tak datang dua kali. Aku berusaha mngingat kembali alasanku menulis. Ya, betapa aku ingin memiliki buku di bawah bendera KSGN dan PGRI, terlebih bisa memiliki karya bersama orang-orang hebat seperti Om Jay dan prof. Eko.
Kali ini fokus membahas buku nonfiksi. Berikut 3 pola penulisan buku nonfiksi yang disampaikan bu Iin :
- Pola hierarkis (buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke suulit atau dari sederhana ke rumit). Contoh : buku pelajaran.
- Pola prosedural (buku disusun berdasarkan urutan proses). Contoh : buku panduan.
- Pola klaster (buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalaam hal ini antarbab setara).
Suka kalimat pembukanya. "Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator" - HOS Tjokroaminoto. Resume yang sangat baik. Semangat terus yaa..
BalasHapusTerimakasih ibu π, sudah mampir, booster yg luar biasa buat saya.
HapusTerima kasih sudah mengerjakan tugasnya dengan baik
BalasHapusTerima kasih Om Jay
HapusSehat sehat ya Om, biar bisa berbagi terus π€
Luar biasa mantapnyaππ "tak ada yg tidak bisa jika kita mau berusaha"ππΉ
BalasHapusYup, yuk kita bisa !π€
HapusTulisannya kereen!!! Yuk, kita sama-sama menaklukkan musuh terbesar yang ada dalam diri masing-masing.
BalasHapusMari, bu ... π₯π₯
HapusMantap resumenya bu Anita❤️
BalasHapusTrims bu, sudah sehatkah? Semangat ya bu ... π₯°
HapusWoow keren
BalasHapusTrima kasih π
HapusW O W: wow
BalasHapusSuper sekali resumenya bu
Selalu suka dengan tulisan ibu yang senantiasa menyentuh di kalbu
BalasHapus