Jumat, 07 Mei 2021

Mengenal Proofreading


     Acara buka puasa bersama teman-teman, membuatku baru memiliki kesempatan membuat resume pertemuan ke-15 usai santap sahur. Aku harus memanjat jauh agar bisa mengulang materi yang tertumpuk chat di WAG. Itulah resiko kalau mengerjakan tidak langsung setelah pelatihan berakhir.

    Sebelum mempelajari kembali materi yang disampaikan bapak Susanto, S.Pd, mengenai Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan, mataku tertuju pada 38 flyer yang dibagikan beliau sebagai oleh-oleh.

    Supaya asik mempelajarinya nanti, aku menyempatkan untuk membuat 38 flyer tersebut ke dalam bentuk video singkat menggunakan aplikasi inshot. Jadi sekalian bisa kupakai untuk anak-anak didikku di kelas online. Terima kasih pak D, untuk oleh-olehnya. 


     Pak Susanto, S.Pd atau yang lebih akrab dipanggil Pak D merupakan alumni belajar menulis gelombang 15 dan guru di SDN Mardiharjo di Kab. Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Demikian sedikit profil narasumber yang diungkap ibu Rita Wati, sang moderator.

    Membaca dari judulnya, ada kata proofreading. Kata yang baru kali ini aku tahu. Apa sih artinya? Penasaran! Pak D menjelaskan setelah membaca artikel di beberapa website, beliau menemukan arti proofreading. Proofreading adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan.

    Kegiatan itu sesungguhnya adalah kegiatan akhir setelah tulisan selesai. Hal itu sesuai dengan nasihat para pakar menulis, yakni : tulis saja jangan perdulikan teknis. Jangan mengedit ketika sedang menulis, biarkan ide mengalir. Setelah selesai menulis, barulah dilakukan editing.

    Proofreading sangat penting. Apa bedanya dengan mengedit? Mengedit dan mengoreksi adalah langkah berbeda dalam proses merevisi teks. Pengeditan dapat melibatkan perubahan besa pada konten, struktur, dan bahasa, tetapi proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsisten.

    Pak D sedikit membagikan kisah ketika mengedit naskah antologi peserta belajar gelombang 18 ini, ada tulisan yang sudah bagus, uraian sesuai tema, struktur bahasanya bagus, kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, beliau hanya melakukan proofreading pada tulisan tersebut. Misalnya kesalahan meletakkan tanda koma atau tanda baca lainnya. 

    Namun tulisan yang masih "kacau" dai segi stuktur, misalnya karena kalimatnya berupa kalimat majemuk yang terdiri dari banyak sekali kalimat tunggal, biasanya akan dilakukan proses editing.

    Menurut penerbit deepublish, ada beberapa langkah dalam melakukan pengeditan proofreading

  1. Pengeditan konten
  2. Pengeditan baris
  3. Menyalin pengeditan
  4. Proofreading
    Merevisi draf awal teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada kontern dan memindahkan, menambahkan, atau menghapus seluruh bagian adalah langkah pertama.
    
    Merevisi penggunaan bahasa untuk mengomunikasikan cerita, ide, atau argumen seefektif mungkin, ini mungkin melibatkan perubahan kata, frasa, dan kalimat serta penyusunan ulang paragraf untuk meningkatkan aliran teks. adalah langkah kedua.

    Memoles kalimat individual untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Salinan dari editor tidak mengubah konten teks, tetapi jika kalimat atau paragraf ambigu atau canggung, mereka dapat bekerja dengan tpenulisv untuk memperbaikinya. Ini adalah langkah ketiga.
    
    Yang keempat adalah proofreading :
  1. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit.
  2. Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI.
  3. Konsistensi nama dan ketentuan
  4. Perhatikan judul bab dan penomorannya.
    Berikut beberapa kesalahan kecil yang sering dijumpai dalam sebuha tulisan : 
  • Kesalahan penulisan kata atau typo
  • Pemberian spasi (jarak) kata, tanda baca
  • Penulisan di- sebagai awalan dan sebagai kata depan
    Banyak kata dalam kalimat yang disarankan (misalnya oleh YOAS SEO)adalah 20 kata. Alat untuk melakukan proofreading versi pak D adalah : PUEBI daring dan KBBI daring.

    Menutup materinya, dalam closing statement pak D mengajak untuk menggunakan kalimat pendek. Beberapa kalimat pendek jauh lebih mudah dibaca, membuat subjek tetap jelas sehingga memungkinkan pembaca tulisan menyerap informasi dengan jelas juga. 

    Sepertinya seru juga bisa melakukan proofreading sebelum menerbitkan tulisan. Sebab tidak jarang ketika menulis, terdapat kesalahan-kesalahan kecil seputar pengetikan. Mulai sekarang harus lebih teliti lagi, belajar menjadi proofreader bagi diri sendiri.

Beberapa buku karya teman yang pak D sebagai editornya

    Bolehlah saya menyematkan sedikit sekali kumpulan kata baku dan tidak baku, yang saya ambil dari akun badan bahasa di Instagram. Semoga bermanfaat!






Tanggal Pertemuan : 7 Mei 2021

Pertemuan ke : 15

Tema : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Narasumber : Susanto, S.Pd

Gelombang ke : 18

10 komentar:

  1. waah keren resumenya bu nita pake referensi tambahan..mantap..😊👍👍

    BalasHapus
  2. Keren sekali uraiannya. Terima kasih kembali oleh-olehnya. Ketimbang uraian tulisan, penggunaan ilustrasi membuat beban otak berpikir menjadi berkurang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, pak 🙏 jadi suka belajar PUEBI. Banyak yang tak terduga, dikira betul ternyata salah.

      Hapus
  3. Terima kasih bpk, sudah mau mampir 🙏

    BalasHapus
  4. Bagus Bu.Kalau boleh sedikit saran tulisannya agak dirapikan ya ibu hebat..😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ibu, sarannya.
      Sepertinya karena pakai hp, kelihatannya rapi, ternyata hasilnya .. 😊
      Siap lebih baik lagi

      Hapus