Jumat, 30 April 2021

Rahasia Menembus Penerbit Mayor


    "Orang boleh pandai setinggi langit, tapiselama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah (Rumah Kaca, h. 352)"                                                - Pramoedya Ananta Toer -

    Kalimat bijak di atas yang menjadi penutup materi hari ini oleh bapak Joko Irawan Mumpuni, menjadi kalimat pemicu semangatku untuk menulis. Walaupun sebenarnya sedikit kecil hati, setelah mendengar materi dari pak Joko ini.

    Bagaimana aku tak merasa kecil hati, yang ada di pikiranku saat ini, menulis buku dan menerbitkannya ke penerbit mayor, dengan syarat-syarat yang telah dijabarkan, kok rasanya susah untuk mencapainya. Padahal kalau bisa menembus penerbit mayor, sepertinya peluang untuk menjadi terkenal lebih besar, lebih berkelanjutan, dan yang pasti lebih menghasilkan. 

    Aaahh ... aku harus berpikir positif, dengan terus belajar dan berusaha, semoga mimpi itu bisa terwujud. Seperti menjawab pertanyaan dari salah satu peserta, pada sesi tanya jawab. Pak Joko menyarankan untuk memulai dari penerbit indi terlebih dulu untuk seorang pemula.

    Siapa sih bapak Joko Irawan Mumpuni? Apa saja yang sudah beliau bagikan hari ini? Aku berusaha mengulang kembali materi tersebut, sambil membuatkan resumenya. Maklumlah, emak-emak satu ini, kalau belum berulang-ulang, dan belum ditulis, belum bisa nempel di kepala, hehehe..... 

    Bapak Joko Irawan Mumpuni,  merupakan direktur penerbit Andi, ketua I IKAPI DIY, penulis buku bersetifikat BNSP, dan merupakan assesor BNSP. Wow, bukan orang biasa tentunya. Luar biasa memang, pelatihan menulis ini, para narasumbernya orang-orang hebat!

    Pak Joko mengawali dengan pentingnya menulis buku yang diterima penerbit mayor. Ketika seseorang mulai menulis dan menghasilkan sebuah tulisan, jika tidak diterima penerbit mayor, itu akan setengah sia-sia. Karena penulis itu hanya bisa menerbitkan sendiri di penerbit yang bukan mayor.  Sementara jika penulis berhasil menembus penerbit mayor, itu merupakan suatu keberhasilan yang diraih dalam pelatihan menulis ini

    Sebelum lebih jauh bagaimana syarat-syarat agar sebuah tulisan bisa diterima penerbit mayor, terlebih dulu pak Joko memperkenalkan produk buku di pasar. Kategori buku di pasar itu sangat luas. Yang lazim di dunia, kategori buku dibuat dalam bentuk diagram yang meyerupai sirip ikan seperti pada gambar di bawah.


Berdasarkan diagram pada gambar di atas, buku dibagi dua, yaitu : buku teks yang terdiri dari buku pelajaran dan buku perguruan tinggi; buku non teks yang terdiri dari buku fiksi dan non fiksi. Masing-masing pembagian tersebut juga terbagi-bagi lagi menjadi berbagai macam.

    Setelah mengetahui kategori buku tersebut, penulis bebas memilih mau menulis buku kategori yang mana. Selain itu ada juga buku yang dibuat berdasarkan jumlah penulisnya. Ada sebuah buku yang ditulis oleh satu penulis, lebih dari satu penulis, kerjasama dengan banyak lembaga, kerjasama dengan kampus, dan konsursium penulis.





    
    Terkait tulis menulis, lihatlah diri kita dengan jujur, ada di posisi manakah saat ini. Pak Joko membuatnya dalam bentuk gambar, dimana terdapat seseorang dengan posisi berada di atas tangga mulai dari level dasar hingga ke paling atas.

    Level dasar adalah i won't do it : saya tidak mau menulis. Lalu apa gunanya ikutan pelatihan menulis? .Level kedua, i can't do it : saya tidak bisa menulis. Semua orang bisa menulis. Tidak ada orang yang tidak bisa menulis, yang ada orang yang malas menulis. Level ketiga dan seterusnya, kita tanyakanlah pada diri kita sendiri dengan jujur.
     Selanjutnya pak Joko menyampaikan pentingnya penulis mempelajari tentang industri buku, seperti pada gambar yang beliau tampilkan. Sehingga tidak sekedar kecewa jika naskahnya tidak diterima penerbit mayor. Penerbit itu adalah lembaga yang mencari keuntungan, yang digunakan untuk bertahan hidup dan menggaji pegawai. 
    
    Oleh karena itu, tidak mungkin suatu penerbit menerbitkan buku yang diyakini tidak mendatangkan keuntungan. Jika ingin naskahnya diterima penerbit, maka kirimlah naskah-naskah yang laku di pasaran.
    
    Bicara mengenai literasi, dikaitkan dengan visa dan lain-lain, negara Asia kalah dengan negara lain. Hal ini disebabkan adanya hambatan sebagai berikut :
1. Minat baca yang rendah. Orang Indonesia lebih banyak menonton daripada membaca.
2. Minat menulis. Lebih senang mengobrol daripada menulis.
3. Apresiasi hak cipta. Banyaknya pembajakan terhadap hasil karya orang lain.

    Dengan pelatihan menulis ini diharapkan minat baca lebih tinggi, karena tidak mungkin seseorang bisa menjadi penulis yang baik, dengsn minat baca yang rendah. Selain itu juga, dengan latihan menulis diharapkan dari si penulis sendiri yang sudah merasakan beratnya menjadi seorang penulis, tidak lagi mau membaca tulisan hasil bajakan. Dengan demikian, pembajakan terhadap hasil karya orang lain dapat dikurangi.



    Proses naskah menjadi sebuah buku. Dimulai dari penulis mempunyai naskah, dikirimkan kepada penerbit untuk dinilai bukan sekedar isinya, tetapi lebih condong menilai apakah naskah tersebut menguntungkan atau tidak. Jika naskah tersebut diterima, penerbit akan menyurati penulis untuk mengirimkan softcopy naskah.

    Softcopy yang telah dikirim penulis kepada penerbit, lalu diedit dan disetting. Jadi masalah edit dan setting adalah ranah penerbit, sehingga tidak bisa dikatakan sebuah naskah ditolak karena alasan editorial. 

    Setelah itu dibuat cover, lalu dibuat buku cetakan hanya satu saja yang menyerupai buku asli yang akan dicetak, dikirimkan ke penulis untuk diproof. Proof adalah koreksi akhir dari penulis supaya ketika dicetak tidak ada kesalahan yang fatal.

    Setelah dikirimkan kembali oleh penulis, lalu dicetak masif oleh penerbit, dan diedarkan ke seluruh toko buku dan dirrect selling seluruh Indonesia.

    Hmmm .... sebuah proses yang panjang. Tentunya memakan waktu yang tidak sebentar, tapi nikmati saja prosesnya. Seperti kata salah seorang narasumber pada pertemuan yang lalu, bahwa proses tidak akan menghianati hasil.

    Pak Joko melanjutkan dengan bagaimana memilih penerbit yang baik. Banyak penerbit yang harus diwaspadai supaya tidak tertipu. Mengaku penerbit tetapi sebenarnya hanya bertindak sebagai broker naskah, jual beli naskah. Mereka mencari keuntungan sendiri, selain itu nama penulis pun tidak mereka cantumkan. Dengan begitu mereka bisa menjual ke orang yang mau membayar misalnya saja dengan alasan kenaikan pangkat tapi tidak mau membuat karya tulis sendiri.

    Wah, mendengar penjelasan tersebut, serem juga ya! Ternyata kejahatan itu ada dimana-mana. Tidak terkecuali di dunia penulisan. Ada saja orang yang mengambil kesempatan untuk keuntungan diri sendiri. Ya, apalagi keadaan ekonomi yang sedang dalam masa pandemi ini. Berbagai cara dilakukan demi memenuhi panggilan perut. 

    Lebih lanjut, bicara mengenai apa yang akan diperoleh seorang penulis yang naskahnya diterima penerbit mayor dan menjadi sebuah buku. Setidaknya ada empat hal, yaitu kepuasan, reputasi, karir, dan uang. 

    Penulis akan mendapat peningkatan finansial. Bisa dari royalti, diskon pembelian langsung, seminar/ mengajar. Adanya peningkatan karir, dan kebutuhan batin yang terpenuhi. Buku yang diterbitkan penerbit mayor ber-ISBN yang berprofek 2 digit, merupakan kebanggaan, karena hanya beberapa penerbit yang memiliki kode penerbit 2 digit yang berarti penerbit itu adalah benar-benar penerbit mayor. Reputasi penulis semakin tinggi, semakin terkenal.

    Sistem penilaian di penerbitan. Mengapa ada naskah yang ditolak, mengapa ada yang diterima. Penilaiannya berupa editorial, peluang potensi pasar, kelimuan, dan reputasi penulis. Yang paling mempengaruhi adalah peluang potensi pasar. 

    Empat kategori naskah yang akan diterbitkan :
1. Tema tak populer, penulis populer
2. Tema populer, penulis populer
3. Tema populer, penulis tidak populer
4. Tema tak populer, penulis tak populer
Dari keempat kategori tersebut, sudah pasti untuk yang poin keempat, tidak akan diterima oleh penerbit. Untuk penulis pemula, sebaiknya menulis dengan tema yang populer. 

    Tema populer itu seperti apa, pak Joko menjelaskan, yaitu tema yang sedang ngetrend saat ini, dan tidak hanya pada saat ini, tetapi selamanya. Cara melihatnya dengan menggunakan google trend. Kita tinggal mengetikkan saja tema yang kita cari. Nanti akan ada hasilnya ditampilkan dalam bentuk grafik. Di google trend juga bisa untuk membandingkan dua judul. 

    Kategori selanjutnya, untuk diterimanya suatu naskah adalah dasar penentuan oplah atau jumlah cetak. 
1. Market sempit dan lifecycle panjang
2. Market lebar dan lifecycle panjang
3. Market lebar, lifecycle pendek
4. Market sempit, lifecycle pendek
Sudah pasti yang diterima penerbit adalah yang kategori kedua.

    Kategori penulis, pengaruh produktivitas dan kualitas.
1. Tidak idealis, industrialis
2. Idealis, industrialis
3. Idealis, tidak industrialis
4. Tidak idealis, tidak industrialis
Yang paling disukai penerbit adalah penulis yang idealis sekaligus industrialis.

    Penulis berfikir idealis adalah penulis yang menulis tidak begitu memperhatikan kebutuhan pasar, tidak begitu suka dengan campur tangan pihak lain, imbalan finansial tidak begitu dipentingkan, dan kesempurnaan sebuah karya lebih penting daripada produktifitas.

    Penulis berfikir industrialis adalah penulis yang menulis dengan sangat memperhatikan kebutuhan pasar, terbuka dan lapang dada terhadap segala intervensi pihak lain, imbalan finansial merupakan tujuan utama, terkadang kesempurnaan karya tidak lebih penting dari pada produktifitas.

    Penulis berfikir idealis-industrialis adalah penulis yang tetap memperhatikan kebutuhan pasar, namun tetap berani ambil sikap yang berbeda dengan kebanyakan penulis lain, meskipun terbuka terhadap masukan orang lain, tetap mempunyai pendirian yang kokoh, imbalan finansial memang penting, namun tetap memperhatikan kualitas, keseimbangan antara kesempurnaan karya dan produktifitas. 

    Materi yang sungguh luar biasa hari ini. Aku jadi tahu syarat-syarat tulisan yang diterima penerbit mayor, tidak hanya naskahnya tetapi beberapa kategori lain yang memang bagiku sangat berat. Tapi tak ada yang tak mungkin jika kita mau belajar san terus belajar. Yuk, mulai dari menerbitkan buku di penerbit indie, semoga dengan semakin banyak menerbitkan buku di penerbit indie, suatu saat akan bisa menembus penerbit mayor. 

    



Tanggal pelatihan : 30 April 2021
Resume ke : 12
Tema : Penerbit Mayor
Narasumber : Joko Irawan Mumpuni
Gelombang : 18
Gelombang : 18

    
    



        

    

    

    


Rabu, 28 April 2021

Penerbit Mayor


     Corona ... oh, corona .... sampai kapan kau akan pergi dari muka bumi ini? Setahun sudah, kau hadir dengan beragam cerita, yang memilukan tentu saja. Tidak hanya kesedihan keluarga yaang menjadi korban meninggal dunia akibat penyakit yang kau timbulkan, tapi semua segi kehidupan ikut terkena imbasnya.

    Banyak cerita mengenai masa pandemi, yang tak akan pernah habis diceritakan. Biasanya seputar sekolah, atau seputar pekerjaan dari lingkungan sekitar. Tapi siang ini, cerita yang kudengar adalah tentang dunia penerbit. Tidak hanya sekedar cerita,, tetapi juga berbagi wawasan oleh bapak Edi S. Mulyanta yang sudah nyaris 20 tahun menangani penerbitan di penerbit Andi.

    Beliau bercerita bahwa hampir 1 tahun ini, ada pengalaman yang tidak dijumpai di tahun-tahun sebelumnya. Adanya pandemi yang luar biasa mengubah perputaran bisnis di semua bidang termasuk penerbit buku.

    Baru pada bulan Maret 2021.kegiatan penerbitan dapat dikatakan kembali berjalan normal. Akan tetapi tantangan yang telah ditimbulkan akibat pandemi  tidak  mudah dilalui dan selesaikan dalam waktu dekat.

    Dunia penerbitan, baik penerbit mayor atau penerbit minor, adalah dunia bisnis semata, dimana mencari keuntungan adalah nomor satu. Outlet utama adalah pasar toko buku, di samping tentunya pasar di luar toko buku juga tidak dapat dikesampingkan. Toko buku inilah yang menjadi soko guru dari bisnis ini sehingga ketergantungan sudah menjadi suatu ekossistem yang khas dalam dunia penerbitan.

    Tugas penerbit adalah mendapatkan naskah yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum. 

    Tugas penulis adalah menghasilkan naskah buku yang memenuhi kriteria bagi penerbit. Penerbit akan mengolah naskah buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetakan maupun buku elektronik  menyesuaikan perkembangan jaman.

     Mengenai penerbitan, yang menarik di sini adalah tentang ISBN. Yang saya tahu, sebuah buku diakui jika memiliki ISBN. Terlebih lagi penerbitnya sudah tergabung dalam IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) seperti penerbit ANDI.  

    Apa sih manfaat ISBN? Pak Edi juga, memberikan informasinya. Manfaat ISBN yaitu sebagai identitas sebuah buku, sarana promosi,  alat untuk memperlancar arus distribusi, sarana temu kembali  informasi, meningkatkan  point angka kredit untuk kenaikan pangkat/golongan dosen, sekaligus menjadi salah satu alat ukur untuk penilaian akreditasi universitas.



    Setiap penerbit diperbolehkan mengajukan nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Di dalam perkembangannya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertentu dalam ISBN Untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya.

    Penerbit Andi sedang mencoba memperbaiki proses distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi. Karena toko buku, sekolah, daan kampus saat ini belum dapat menjadi saluran yang dapat diandalkan dalam bisnis buku saat ini.

    Saluran-saluran digital dapaat menjadi alternatif untuk tetap berkembanng mendistribusikan ilmu pengetahuan. Penerbit Andi mencobaa mengembaangkkan channel TV Andi di youtube, dan mengembangkan production house Andi Academy, untuk tetap mmengobarkan semangat mencerdaskan kehidupaan bangsa melalui penerbitan buku.

    Ya, menghadapi masa pandemi bukan sesuatu yang mudah. Tapi bukan berarti kita haarus menyerah, dibutuhkan strategi lain untuk mengatasinya. Pendistibusian buku yang dulu hanya meengandalkan toko buku, kini harus mencari cara memasarkan lewat online. Buku-buku saat ini sudah banyak yang dalam bentuk e-book.

    Sebagai penulis dan calon penulis, diharrapkan untuk tetap semangat, membuat naskah, menjadikannya buku melalui penerbit-penerbit, sesuai pertimbangan masing-masing. Dengan demikian kegiatan literasi di negara kita dapat terus ditingkatkan.

    Ilmu yang sangat luar biasa, kali ini dari pak Edi. Pandemi bukan jadi alasan untuk tidak berkarya. Dibalik corona yang melanda, pasti ada sesuatu yang baru, yang luar biasa baiknya. Syukuri semua yang terjadi, karena semua sudah ada yang mengatur, akan ada pelaangi setelah hujan.



Tanggal pertemuan ; 28 April 2021
Resume ke : 11
Tema : Penerbit Mayor
Narasumber : Edi S. Mulyanta
Gelombang : 18
  

Senin, 26 April 2021

Teknik Memasarkan Buku


     Memasuki pertemuan ke-10, siang ini mengangkat tema "Teknik Memasarkan Buku''. Mendengar kata memasarkan, yang ada di benakku adalah menyerah. Ya, bagiku memasarkan adalah suatu kegiatan yang paling aku takuti. Bagaimana kalau tidak ada yang berminat, belum lagi orang yang ditawarkan menolak dengan 1001 alasan. Huhuhuhu ... rasanya aku ingin menangis saja.

    Sudah terlanjur basah ikut pelatihan ini, aku tidak boleh menyerah. Justeru dengan aku belajar, aku akan dapat ilmu baru. Aku tidak hanya harus bisa menulis  dan menerbitkan buku, tetapi harus bisa juga memasarkan buku, agar banyak yang akan membaca tulisanku dan mengambil manfaat darinya.

    Baiklah, aku akan menyimak pemaparan guru besar kita OmJay yang luar biasa. Semoga aku bisa mengikuti jejak beliau menjadi penulis terkenal yang pandai pula untuk urusan pemasaran. Berikut, pemaparan beliau mengenai bagaimana teknik memasarkan buku yang jitu dan banyak dibeli oleh pembaca.

    Untuk bisa memasarkan buku yang bermutu,, maka kita harus belajar bagaimana menulis dan menerbitkan buku. Untuk itulah pelatihan ini diadakan, dengan para pakar yaang menjadi narasumber.

    Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Kita akan menemukan buku itu bagus setelah membaca isinya. Biasanya diiringi dulu dengan iklan atau promosi agar buku yang diterbitkan layak untuk dimiliki..

    Sebagai seorang penulis, hendaknya tidak merangkap sebagai editor juga. Hal ini agar buku yang diterbitkan enak dibaca dan laku di pasaran karena sudah diedit secara profesional oleh para editor yang memang menguasai di bidangnya.

    Teknik memasarkan buku ada beberapa cara. Cara yang paling banyak dipakai untuk memasarkan buku adalah menggunakan media digital dan media sosial. Misalnya melalui instagram, youtube, facebook, bahkan menggunakan blog pun bisa.

    Inti dari memasarkan buku adalah adanya kolaborasi. Kita harus bekerjasama  dengan orang lain agar buku yang diterbitkan laku di pasaran. Untuk penerbit besar biasanya mereka memiliki tenaga pemasaran yang banyak. Sehingga serangan darat, laut, dan udara dapat dengan mudah dikuasai.

    Bagi para penulis pemula tentu saja ingin bukunya laku dan dibeli orang banyak. Oleh karena itu, kolaborasi adalah kunci agar buku kita bisa dipasarkan di belantara dunia maya yang selalu nonstop 24 jam.

    Setiap buku akan menemui takdirnya. Namun itu semua harus diiringi dengan usaha yang terus menerus dan tidak mudah putus asa. Berkali kita gagal, lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh, lekas berdiri dan jangan mengeluh.

    Jangan lupa silahturahmi. Sebab silahturahmi juga sangat membantu kita dalam memasarkan buku. Pada akhirnya teknik memasarkan buku akan kita temui dari adanya silahturahmi. Kekuatan silahturahmi ini dahsyat. Akan banyak rejeki yang akan mengikutinya.

    Itulah kiat-kiat memasarkan buku dari OmJay. Semua kembali kepada diri masing-masing, sekeras apa mau berusaha. Dalam sesi tanya jawab, beliau menambahkan agar menikmati proses. Karena biasanya proses tidak akan menghianati hasil.

    Tak lupa OmJay memberikan contoh-contoh pemasaran yang beliau lakukan dalam memasarkan bukunya. Melalui instagram, OmJay belajar dari anak pertamanya https://www.instagram.com/p/CNXWqssAttR/?igshid=1gmk3cpnwsco6. Melalui youtube bisa disimak 


https://youtu.be/802VAoI6Tvo,, di blog juga bisa dibaca di https://wijayalabs.com/sinopsis-kata-pengantar-buku-terbaru-omjay-guru-tangguh-berhati-cahaya/

    Sebagian buku-buku karya OmJay




  








    

    Wah, keren ya OmJay, yang beli bukunya dari mana-mana. Sampai pada saat tanya jawab pun, beliau menerima pesanan buku dari Kalimantan Selatan. Yuk, jangan sekedar mengagumi, ikuti langkah-langkah beliau menjadi bukan hanya penulis terkenal, tetapi juga menjadi marketing yang handal.



Tanggal ppertemuan : 26 April 2021

Resume  ke : 10

Tema : Teknik Memasarkan Buku

Narasumber : Wijaya Kusumah, M.Pd

Gelombang : 18

Minggu, 25 April 2021

Yuk, ikut PembaTIK

 


    Berawal dari melihat postingan tentang Pembatik di instagram, aku segera mencari tahu apa itu pembatik. Pastinya bukan membuat batik, tapi pembelajaran berbasis TIK. Udah gak zaman guru kudet, sekarang zaman guru update dengan teknologi. Segera aku meluncur ke simpatik.belajar. kemdikbud.go.id.

    Apa itu PembaTIK? PembaTIK kepanjangan dari Pembelajaran berbasis TIK, merupakan program peningkatan kompetensi TIK guru yang mengacu pada kerangka kerja peningkatann kompetensi TIK guru UNESCO. Standar kompetensi TIK ini terdiri dari 4 level, yaitu level literasi, implementasi, kreasi, dan berbagi.

    Manfaat  mengikuti pembatik, meningkatkan literasi TIK; meningkatkan kompetensi implementasi TIK; meningkatkan kompetensi kreasi TIK; meningkatkan kompetensi berbagi dan berkolaborasi; mendapat sertifikat pada  setiap level dengan skala nasional; berkesempatan untuk menjadi Duta Rumah Belajar.

    Tahapan pelaksanaan program PembaTIK, meliputi : 

1.  Bimtek daring level 1 (literasi TIK) April-Juli  2021

  • Melakukan registrasi melalui aplikasi simpatik (simpatik.belajaar.kemdikbud.go.id)
  • Mendaftar pada salah satu gelombang yang tersedia
  • Mengikuti kelas bimtek daring
  • Mengunduh modul dan mempelajari materi pembelajaran secara mandiri
  • Ujian sertifikasi daring level 1
  • Peserta yang lulus mendapat sertifikat level 1
2. Bimtek daring level 2 ((implementasi TIK) Mei-Juli 2021
  • Semua peserta  yang lulus level 1 melanjutkan ke level 2
  • Melakukan pendaftaran pada salah satu gelombang level 2 yang tersedia
  • Mengikuti kelas bimtek daring
  • Mengunduh modul dan mempelajari  materi pembelajaran secara mandiri
  • Mengunggah video dokumentasi dan testimoni pemanfaatan TIK untuk pembelajaran
  • Ujian sertifikasi daring level 2
  • Peserta yang lulus mendapat sertifikat level 2
3. Bimtek daring level 3 (kreasi TIK) Mei-Juli 2021
  • Semua peserta yang lulus level 2 dapat melanjutkan ke level 3
  • Melakukan pendaftaran pada salah satu gelombang level 3 yang tersedia
  • Mengikuti kelas bimtek daring
  • Mengunduh modul dan mempelajari materi pembelajaran secara mandiri
  • Mengunggah karya konten pembelajaran
  • Ujian sertifikasi daring level 3
  • Peserta yang lulus mendapat sertifikat level 3
4. Bimtek level 4 (berbagi TIK) September-Oktober 2021
  • Peserta terpilih dari tiap propinsi akan mengikuti level 4 yang dilaksanakan tatap muka dengan 30 peserta di setiap propinsinya
  • Melakukan inovasi pembelajaran dan berbagi pengetahuan
  • Peserta yang lulus mendapatkan sertifikat level 4
  • Peserta terbaik di level 4 akan dikukuhkan sebagai Duta Rumah Belajar
        Apa itu Duta Rumah Belajar? Duta Rumah Belajar merupakan perpanjangan tangan dari Pustekkom Kemendikbud dalam  melakukan pengembangan dan  pendayagunaan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) untuk pembelajarandi masing-masing provinsinya terutama Portal Pembelajaran GRATIS dari pemerintah yaitu Rumah Belajar (belajar.kemdikbud.go.id)

    Manfaat menjadi duta rumah belajar
  • Menjadi wadah perwakilan  pemanfaatan TIK untuk pendidikan dan kebudayaan, terutama rumah belajar
  • Berkesempatan mengikuti bimbingan teknis pengembangan bahan ajar berbasis TIK baik di pusat maupun daerah 
  • Berkesempatan dilibatkan pada acara dan kegiatan pemanfaatan TIK untuk  pendidikan dan kebudayaan baik di pusat maupun daerah
  • Bertemu dan bertukar wawasan dengan guru-guru berprestasi dari seluruh provinsi di Indonesia

    Wah, keren ya setelah membaca keterangan di atas. Sepertinya banyak yang berminat, terbukti pada saat mendaftar aku kebagian gelombang 3 karena gelombang 1 dan 2 sudah mencapai kuota. Tak masalah di gelombang berapa pun. Yang penting,  aku masih mendapat kesempatan ini.

    Gelombang 3 dimulai 17 - 28 April 2021. Ada lima tahapan yang harus dilalui. Diawali dengan tahap pra level, dimana ada tiga aktivitas belajar, yaitu : kuesioner, soal, dan twibbon. Alhamdulillah pra level ini sudah kulalui. Lanjut di modul 1-4. Setiap modul harus diikuti secara beruruta. Terdapat beberapa aktivitas mulai dari pengantar, hingga mengunduh modul.
    
    Sambil menunggu ujian pada tanggal 27 April nanti, aku membuka kembali modul 1-4 yang sudah kuunduh. Tiap modul berbeda materi, ada video penjelasan juga. Semoga saja aku bisa menyelesaikan ujian level 1 nanti dengan memuaskan, sehingga bisa lanjut ke level 2 dan seterusnya.

    Yuk, yang belum ikutan, segera ya! Rugi lho, kalau sampai ketinggalan. Bersyukur sekali pemerintah banyak membuat pelatihan-pelatihan gratis secara online, sehingga kita bisa mengikuti kapan saja tanpa mengganggu kegiatan utama, yaitu mengajar. Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam PembaTIK ini. Maju guru-guru Indonesia!!  Maju bangsa kita ! 

Jumat, 23 April 2021

Mental dan Naluri Penulis

 


     Masih di atas si merah yang melaju santai di tengah teriknya sang surya, teringat hari ini hari Jum'at, waktunya pelatihan pukul 13.00 nanti. Langsung, tambah kecepatan biar bisa segera sampai di rumah. Masih ada waktu satu jam lagi untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Maklum, naluri emak-emak keluar setibanya di  rumah. 

    Sudah ganti kostum, masuk kamar  mandi, pakaian kotor berpindah ke ember. Semangat, ke lantai atas menyelesaikan cucian, mumpung matahari sedang tak malu-malu. Biasanya urusan cuci mencuci jam 03.40, tapi hari ini harus diselesaikan karena besok selepas subuh lanjut bergegas antar si bontot tes psikotes  di  Cikarang.

    Upss...! Lewat lima menit dari pukul 13. Ngintip ponsel sebentar. Bu Aam sudah membuka pelatihan dengan salam. Buka laci, ambil laptop, colok sana, colok sini, ambil buku, ambil bantal. Kalau sedang tak puasa, tak ketinggalan air putih dan cemilan, hehehe ..... Alhamdulillah, kerjaan rumah beres, siap mendapat ilmu baru. 

    Wow, narasumbernya masih muda ! Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Berprofesi sebagai guru IPA di SMP Negeri 1 Cipeundeuy, Subang, telah menghasilkan banyak buku, baik buku solo maupun antologi, dengan beragam prestasi juga. Mau lebih dekat dengan bu Ditta, simaklah profilnya di https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html.

    Mental dan Naluri Penulis. Ibarat jiwa daan raga, teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup". Pada pelatihan sebelumnya sebagian dibahas mengenai teknik menulis. Kali ini ibu Ditta akan membahas mental penulis, merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri.

    Mental apa saja yang harus dimiliki penulis, disajikan bu Ditta sebagai sajian pembuka. Disajikan dalam bentuk mind map  dan video keren lho! Bu Ditta piawai bernyanyi sambil bermain musik. Luar biasa, multi talenta!

https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1.

    Berdasarkan analisis bu Ditta, dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 tipe penulis, yaitu :

1. Dying wrriter atau penulis yang sekarat, yaitu mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis. Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja diperlukan upaya ekstra agar mau hidup sehat kembali untuk menulis. 


2. Dead man, penulis sudah mampu menulis, hanya mentalnya masih lemah sehingga  tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel, padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.

3. Sick people, orang-orang yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish  tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya.

4. Alive kategori terbaik,  yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Kelompok ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses, mampu hadapi tantangan menulis.

  Aku termasuk tipe mana ya?? Sepertinya tipe kedua. Tapi entahlah, menurut para ahli, aku termasuk tipe keduakah? Yang pasti, aku suka menulis, masih dalam tahap belajar, selalu ingin belajar, tapi masih tidak percaya diri, belum berani publikasi karena masih ada saja perasaan yang menghambat. 
    
    Setelah mengenal tipe-tipe penulis, lanjut pembahasan tentang naluri. Menurut KBBI online, naluri diartikan sebagai dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat seesuaatu; insting.

 Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat mmelalui tulisan. Ia  mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah  oraang-orang melalui goresan tintannya. Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.

    Kenali diri dan lingkungan lalu buatlah tulisan. Maka karya-karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis  dalam  diri kita. 

    Berikut tips kelola mental penulis : tetapkan niat, target dan tujuan; ketahui manfaat, kenali kekuatan dan kelemahan,  kelola rasa takut. Tips yang diberikan bu Ditta meerupakan solusi yang wajib kuikuti untuk menghilangkan rasa down yang seringkali muncul ketika mempublikasikan sebuah tulisan.

    Ada lebih dari sepuluh peserta yang bertanya kepada bu Ditta. Satu yang menarik bagiku, jawaban bu Ditta tentang salah satu mengelola rasa takut dalam menulis adalah dengan mengenali apa yang kita takutkan.

    Kita tak akan pernah membahagiakan seluruh penduduk bumi. Tapi pasti, akan ada yang merasakan manfaat dari apa yang kita tulis. Maka, walaupun ia hanya seorang, berbahagialah. Karena kita masih bisa menebar manfaat padanya.  Gelap itu ada karena ketiadaan cahaya. Maka fokuslah pada titik terang, bukan titik gelapnya.

    Keren sekali bu Ditta, masukannya. Aku akan menanamkan dalam pikiranku agar lebih bersemangat dalam menulis. Kelak aku akan menjadi penulis tipe Alive. Terima kasih untuk ilmunya yang super.





Tanggal pertemuan : 23 april 2021
Resume ke : 9
Tema :  Mental dan Naluri Penulis
Narasumber : Ditta Widya Utami, S.Pd.,Gr.
Gelombang : 18
    
    


    

Rabu, 21 April 2021

Metode Sekali Duduk Jadi


      Metode sekali duduk jadi. Duduklah dan paksakan diri tulisan wajib selesai. Jangan pernah meninggalkan tulisan, sudah bisa dipastikan tulisan itu tidak akan pernah tuntas. 

    Wah, salah satu kiat dari Pak Thamrin Dahlan di atas, benar-benar menyentilku. Seringkali tulisan yang kubuat memang hanya menjadi draf di blog, karena belum selesai aku sudah beranjak dari duduk. Yang terjadi selanjutnya memang tulisanku itu tidak pernah tuntas,  berganti dengan tulisan baru lagi.

    Melalui  metode sekali duduk jadi,  lambat laun proses menghasilkan sebuah tulisan seiring berjalannya waktu ,  hanya akan meembutuhkan kurang dari 40 menit. Hmm ... metode yang  wajib  dicoba dan dijalankan. 

    Seperti apa sih metode sekali duduk jadi? Upayakan tidak meninggalkan tulisan, hiraukan kesalahan ketik, ketika blank, tinggalkan paragraf masuk paragraf baru,baca berulanng-ulang pada proses editing, sebaagai pemula cukup 5 paragraf, bersegera posting tulisan di media sosial. Mudah bukan?

    Selain metode, ada juga 3 rahasia menulis. Pertama : ternyata setiap tulisan itu memiliki roh.  Roh dalam tulisan itu hidup dengan syarat karya tulis  disiarkan ke media sosial. Ketika tulisan dibaca, apalagi diberi komentar,  maka anda sudah berhasil menjadi penulis non buku harian.

    Buya Hamka meninggalkan pesan bermakna : biarlah tulisanmu membela dirinya sendiri, biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya. Maksudnya apa ya? Setelah membaca pengalaman pak  Thamrin, saya berkesimpulan bahwa semua akan indah pada waktunya. Tetaplah menulis dan menulis.

    Rahasia ketiga yaitu,  menulis mampu menembus batas birokrasi dan bisa bertemu dengan tokoh nasional. Tak tanggung-tanggung, beliau bisa berpidato di hadapan bapak presiden. Sungguh suatu kebanggaan tersendiri. Semoga akupun bisa seperti beliau.

    Kegemaran pak Thamrin Dahlan akan dunia menulis, menghasilkan buku, hingga akhirnya terbentuklah Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Fokus dibidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan, fokus membantu menerbitkan buku para penulis ber-ISBN tanpa biaya alias gratis.

    YPTD komitmen membantu para penulis menerbitkan buku perdana ber-ISBN tanpa biaya dengan prosedur sangat sederhana dalam waktu 14 hari buku terbit.

    Ada 3 program YPTD. Pertama, penulis telah memiliki naskah buku. Kedua, penulis aktif posting tulisan di website YPTD terbitkanbukugratis.id, setelah terkumpul 40 artikel maka buku akan diterbitkan. Ketiga, menerbitkan buku antologi berupa kumpulan tulisan  yang diposting dalam 1 bulan. Penawaran yang menarik! Ayo, segera menulis, dan terbitkan bersama YPTD!

    Buku adalah mahkota seorang penulis. laiknya seorang raja, beliau diakui sebagai penguasa karena mengenakan mahkota di kepalanya. Mahkota itulah bentuk pengakuan resmi dari rakyatnya. Analog dengan seorang penulis tanpa memiliki buku, maka belum bisa dikatakan sebagai seorang penulis sejati.

    Materi yang luar biasa oleh pak Thamrin Dahlan. Sedikit mengenai beliau, lahir di Tempino Jambi, 7 Juli 1952. Purnawirawan Polri yang bekerja sebagaai seorang dosen serta pendiri Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan. Aktif menulis sejak 2010, telah menerbitkan 37 judul buku,YPTD sendiri telah menerbitkan 210 judul buku. 

    Ingin mengenal beliau lebih lanjut, silakan kunkungi websitenya di terbitkanbukugratis.id, email : thamrindahlan@gmail.com, WA  : 08159932527. Luar biasa, di usia yang tak lagi muda, tetap berkarya, semangat berbagi dan membantu orang lain. 

    Terima kasih untuk ilmunya hari ini, semoga semakin banyak penulis yang  terbantu, semakin banyak pulang ladang pahala yang akan bapak terima kelak. Terimma kasih untuk ibu Ditta sebagai moderator, semua tim yang super hebat. Ditunggu materi selanjutnya.

   


Tanggal pertemuan : 21 April 20221

resume ke-8

Tema : Buku Mahkota Penulis, Buku Mutiara Tulisan

Narasumber : Thamrin Dahlan, SKM, M.Si

Gelombang : 18



    

Senin, 19 April 2021

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie


     Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd, berprofesi sebagai seorang guru disalah satu sekolah di Jakarta. Pak Brian, sapaan akrabnya mengajak siapa saja yang berkeinginan mewujudkan mimpi menerbitkan buku hasil karya sendiri.

    Semudah itukah menerbitkan buku? Bukankah harus memenuhi syarat tertentu? Harus melewati seleksi yang ketat, memakan waktu yang lama pula tentunya. Itupun belum tentu naskahnya diterima, apalagi untuk penulis pemula. 

    Penerbit indie solusinya. Melalui penerbit indie, naskah pasti terbit dengan proses yang mudah dan cepat. Tentu dengan konsekuensinya, kita perlu mengeluarkan biaya. Tak usah khawatir! Hanya dengan tiga ratus ribu saja sudah bisa menerbitkan buku ber-ISBN.

    Seperti yang sudah pak Brian alami. Beliau sudah menerbitkan tiga buku solo di penerbit indie. Buku pertama "Blog untuk Guru Era 4.0" https://www.praszetyawan.com/2020/02/buku-blog-untuk-guru-era-40.html, buku kedua  "Aksi Literasi Guru Masakini" https://www.praszetyawan.com/2020/06/buku-aksi-literasi-guru-masa-kini.html, dan buku ketiga "Menerjang Tantangan Menulis Setiap Hari" https://www.praszetyawan.com/2020/10/buku-solo-terbaru-menerjang-tantangan.html.

    Mulanya pak Brian hanya tahu satu tempat menerbitkan buku secara mandiri yaitu nulisbuku.com. Meski gratis tapi tidak termasuk fasilitas desain cover dan ISBN. Jika mau dua hal tersebut, harus mengeluarkan biaya lebih banyak.

    Beruntung pada awal tahun 2019 beliau secara tidak sengaja menemukan hastag di instagram tentang penerbit indie. Dari sanalah beliau tahu lebih banyak pilihan penerbit indie, hingga akhirnya beliau bisa  menerbitkan buku solo. Sekarang beliau telah memiliki rekanan  penerbit indie, yaitu penerbit Gemala dan sudah membuka layanan sejak Juli 2020. 

    Setiap penulis yang ingin menebitkan bukunya, bebas memilih penerbit sesuai selera. Yang penting harus memahami ketentuan dari penerbit, karena setiap penerbit mempunyai ketentuan berbeda.

    Penerbit Gemala sendiri sudah menerbitkan 46 buku ber-ISBN. Selain itu penerbit Gemala sudah terdaftar di IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia). Jadi, jangan ragu lagi untuk segera menerbitkan buku solo. Terutama para peserta pelatihan belajar menulis ini. Karena  salah satu syarat kelulusannya adalah dengan menerbitkan buku solo.

    Beberapa buku terbitan Gemala.











   

    Wah, jadi tambah semangat nih, mau punya buku solo. Pokoknya, saya harus terus mengikuti pelatihan ini supaya lebih banyak ilmu tentang menulis. Rugi kalau sampai melewatkannya sekali saja. Kira-kira, buku solo apa ya, yang akan saya terbitkan?? Mohon bimbingannya yaa, Bapak/Ibu narasumber hebat di pelatihan ini. 

    

 

Tanggal pertemuan : 19 April 20221

resume ke-7

Tema : Menerbitkan Buku Semakin Mudah  di Penerbit indie

Narasumber : Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd

Gelombang : 18

Jumat, 16 April 2021

Bu Aam Menjawab Kebimbanganku

 

    Terima kasih untuk bu Aam yang telah menjawab kebimbanganku mengenai apa itu resume. Sudah tugas resume keempat, tapi aku belum menemukan jawaban resume itu apa sebenarnya. Setahuku resume itu ringkasan. Tapi setelah beberapa kali blog walking, aku jadi bimbang dengan tulisanku yang mungkin paling singkat dibanding peserta lain. 

    Bu Aam Nurhasanah, S.Pd, seorang guru inspiratif yang menjabat sebagai kepala sekolah di SMPS MATHLA UL HIDAYAH, CIPANAS, menjadi narasumber pada pertemuan kali ini.  Aku kagum dengan bu Aam yang tergolong masih muda namun telah melahirkan 15 buku dan prestasi yang tak sedikit tentunya.

    Semula saya pikir membuat resume hanya sebatas tugas dalam kelas menulis saja. Ternyata resume yang ditulis nantinya bisa dijadikan buku lho. Kok bisa, bagaimana caranya? Bu Aam menjawab pertanyaan itu. 

    Teknik menulis resume menjadi buku ada 7 :

1. Mengumpulkan resume dalam bentuk word. Akan ada 20 kali pertemuan di pelatihan menulis ini dan semua tugas resume yang dibuat sebaiknya dikumpulkan dalam satu folder. Berarti aku harus menyalin resume pada 4 pertemuan sebelumnya ke dalam bentuk word.

2. Menentukan tema. Dari file yang telah dikumpulkan, pilihlah berdasarkan tema sejenis. Caranya dengan melihat materi dari setiap narasumber.

3. Buat TOC (Table Of Content/ daftar isi) yang berisi kata sambutan, kata pengantar, prakata, daftar isi, bab I sampai seterusnya sesuai yang kita buat, dan profil penulis.

4. Mengembangkan TOC

5. Review, revisi, dan edit naskah. Pada saat menulis, sebaiknya jangan berpikiran untuk mengedit karena dapat menghambat ide. Tuliskan saja ide yang berserak. Jika sudah selesai, barulah diedit ejaan dan tanda baca sesuai PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).

6. Naskah yang sudah selesai, dibuat sinopsisnya. Sinopsis adalah gambaran isi buku yang telah kita buat dan biasanya terletak di belakang cover buku.

7. Kirim ke penerbit. Nah, kebetulan pada pertemuan sebelumnya sudah dibahas tentang penerbit. Mau yang mudah, penerbit indie pilihannya, ada Cak Inin yang siap membantu.

     Jadi, jangan bimbang lagi ya untuk membuat buku dari resume. Jika sudah dibukukan, pastinya akan menghasilkan tidak saja materi, kepuasan juga. Bahagia bisa berbagi dengan orang lain, bahagia bisa dikenal orang lain, apalagi bila bukunya sampai tersebar di seluruh Indonesia, seperti bu Aam.


 

        

Tanggal pertemuan  : 16 April 2021

Resume ke               : 6

Tema                        : Menulis Resume untuk Jadi Buku

Narasumber             : Aam Nurhasanah, S.Pd.

Gelombang              : 18

Anita Azis, S.Pd.I - Bekasi


Rabu, 14 April 2021

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Menulis dan Menerbitkan Buku

 


    Alhamdulillah, sampai juga di rumah setelah mengantar anak ikut tes UTBK di SMKN 7 daerah Rawamangun, dilanjut mengambil barang dagangan suami di Sawah Besar. Lelah sangat, tapi lelah pun hilang mengingat hari ini jadwalnya belajar menulis. 
  
    Laptop dinyalakan, ponsel siap, tak lupa buku coretan kecil yang selalu setia menemani. Mr. Bams bertindak sebagai moderator kali ini. Sebagai narasumber adalah Mukminin, S.Pd., M.Pd atau lebih akrab disapa Cak Inin, akan bicara mengenai Penerbit Indi. Mau kenal lebih dengan narasumber, silahkan klik di https://cakinin.blogspot.com/2020/10/curiculum-vitae.html.

     Seorang penulis akan merasa bahagia dan lega ketika ia berhasil menulis dan kemudian menerbitkan buku. Sangat gembira lagi ketika melihat namanya terpajang di cover buku, terpajang indah di rak buku, dan bisa dinikmati oleh banyak pembaca. Tapi, bagaimana caranya, ya, menerbitkan buku?
   
Berikut 5 langkah untuk menulis dan menerbitkan buku :    

1. Pra writing, penulis mencari ide menulis yang sesuai dengan tema yang ditulis. Tema sesuai pasion yang disukai. boleh fiksi maupun non-fiksi. Ide bisa dari pengalaman, membaca buku, majalah, koran, atau kejadian yang sedang berlangsung.

2. Drafting/ outline, penulis membuat outline atau daftar isi buku yang akan ditulis menjadi naskah buku.

3. Writing, penulis mulai menulis dan mengembangkan kerangka atau daftar isi untuk dijadikan naskah yang lengkap dengan diperlukan kreativitas penulis dalam membuat karya-karyanya. Kreativitas itu berupa kemampuan merangkai kata, menggunakan majas, berekspresi, agar tercipta tulisan yang menarik dibaca. 

4. Revisi dan editing
  • Revisi, penulis mencari tahu di mana letak kekurangan tulisan, apakah sudah sesuai alur atau masih melebar kemana-mana. Dilanjutkan tahap revisi. Seorang penulis dapat mengubah beberapa bagian dari tulisannya. Bisa menambahkan isi, atau menambahkan data baru, dapat menghilangkan opini tertentu. Intinya melalui tahap revisi inilah penulis akan memoles karyanya, ia akan menjadikan tulisan tersebut menjadi lebih menarik lagi.
  • Editing, penulis akan menjalankan proses pengeditan terhadap karyanya. Penulis hanya memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, pola kalimat, dan berbagai kesalahan tata bahasa lainnya. Meskipun nanti tulisan tersebut akan diedit kembali oleh editor di penerbit, seorang penulis tetap harus berusaha menyunting tulisannya sendiri (swasunting).
5. Publikasi, jika penulis sudah yakin dengan tulisan naskahnya, maka saat memasuki tahap akhir yakni publikasi. Pada tahapan ini, penulis bisa meneruskan naskahnya pada penerbit.

    Wah, mendengar kata penerbit sepertinya berat sekali ya. Jangan khawatir, Cak Inin mengajak kita untuk melek penerbit. Penerbit buku ada 2, yaitu penerbit mayor dan penerbit indie. Apa sih perbedaannya?
1. Jumlah cetakan
    # penerbit mayor : mencetak buku secara masal, ribuan eksemplar
    # penerbit indie : mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala
2. Pemilihan naskah yang diterbitkan
    # penerbit mayor : harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan naskah.
    # penerbit indie : tidak menolak naskah selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan,      tidak melanggar undang-undang hak cipta, tidak plagiat, tidak menyinggung unsur SARA dan                pornografi.
3. Profesionalitas
    # penerbit mayor : tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar 
    mereka.
    # penerbit indie : sama profesional, tapi sering disalahartikan dengan menganggap penerbit indie            asal-asalan.
4. Waktu penerbitan
    # penerbit mayor : pada umumnya memakan waktu yang cukup lama
    # penerbit indi : segera diproses dan tidak memakan waktu lama
5. Royalti
    # penerbit mayor : kebanyakan mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan.
    # penerbit indie : umumnya 15-20% dari harga buku
6. Biaya penerbitan
    # penerbit mayor : gratis namun banyak pertimbangan
    # penerbit indie :  berbayar sesuai dengan aturan masing-masing penerbit

    Contoh penerbit mayor adalah Gramedia Pustaka Utama, Mizan, Republika, Grasindo, Tiga Serangkai, Benteng Pustaka, Erlangga, Yudhistira, dan lain sebagainya.
Contoh penerbit indie yang ada dalam grup belajar bersama PGRI adalah YPTD, Gemala, Kamila Press Lamongan.

    Pertemuan kali ini khusus membahas mengenai penerbitan di Kamila Press Lamongan, dimana Cak Inin sudah banyak menerbitkan bukunya. Ada OmJay juga dengan bukunya yang berjudul "Awas Virus Corona Mengintai Anda".

    Wah, jadi tambah semangat menulis dan menerbitkan buku seperti Cak Inin, Omjay dan narasumber lainnya yang sudah banyak memiliki buku baik antologi maupun buku solo. Untuk menerbitkan buku juga Cak Inin mempersilakan menghubungi beliau di 081330944498. Silakan tanya langsung mengenai syarat-syarat penerbitan di Kamila Press Lamongan, berikut rincian biayanya lho, lengkap deh. 

     Tiada terlambat untuk menulis dan menerbitkan buku. Kalau ingin umurmu panjang maka Menulislah buku. Menulislah dan terbitkan buku untuk niat berbagi ilmu. Manjadda wa jada . Demikian kalimat penutup dari Cak Inin mengakhiri pertemuan kali ini.
 
    Ayo, semangat menulis dan menerbitkan buku! Pasti bangga hasil karya kita bisa dilihat dan dibaca semua orang, seperti sebagian contoh buku-buku berikut yang diterbitkan oleh penerbit Kamila Press Lamongan.




    

Tanggal pertemuan    : 14 April 2021

Resume ke                 : 5

Tema                          : Penerbit Indie

Narasumber                : Mukminin, S.Pd., M.Pd

Gelombang                 : 18

Anita Azis, S.Pd.I - Bekasi


Senin, 12 April 2021

Belajar di mana Saja

    


Senin, 12 April 2021 perdana belajar menulis di siang hari. Belajar tak kenal waktu, tak kenal tempat. Kapan saja, di mana saja kita bisa belajar, terlebih secara daring. Seperti hari ini, saya masih di atas kendaraan roda empat dalam perjalanan menuju rumah. Menikmati kemacetan sambil tetap memegang ponsel dan menyimak pembukaan dari Omjay.

    Belajar di atas mobil yang berjalan, membuatku tidak begitu fokus. Aku harus mengulang kembali di rumah. Sampai di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 02.00. Kegiatan berikut, membuatku menunda belajar menulis.

    Selepas maghrib, melihat grup belajar sudah banyak yang mengirim resume. Sedikit panik, mumpung hujan, aku harus menyelesaikan tugas membuat resume. Hampir saja menangis manakala, jaringan internet di rumah mengalami gangguan. Hmmm .... terlambat sudah. 

    Pukul 07.00 keesokan harinya, akhirnya ..... sambil berusaha menenangkan diri, aku pun mulai membaca kembali materi belajar menulis, kemarin. Ya, inilah kekuranganku. Jika terlambat sedikit saja mengerjakan tugas, langsung panik, kalau masih anak-anak mungkin aku sudah menangis, uuppss ...!

    Noralia Purwa Yunita, M.Pd, masih muda, namun sudah banyak karya yang dihasilkan. Hmm.... luar biasa! Aku terkagum sesaat setelah membaca profil pemateri kali ini. Ibu Nora alumni belajar menulis gelombang 8.

    Beliau mengajarkan tentang "Menulis Buku dari Karya Ilmiah". Wah, kok bisa ya? Bagaimana caranya? Yuk, simak pemaparannya berikut ! Semoga kita bisa mengikuti jejak beliau mengubah tesis menjadi sebuah buku. Minimal skripsi, supaya bisa lebih berguna, lebih dibaca, tidak sekedar menjadi pajangan di rak buku.

    Manfaat karya ilmiah versi buku yaitu, dapat dibaca oleh masyarakat; dapat diperjual belikan sehingga memberi keuntungan; bagi ASN buku dapat dijadikan publikasi ilmiah yang dapat menambah poin angka kredit; dengan banyaknya buku yang dibaca dan dibeli, kemungkinan bisa menjadi terkenal; dan ilmu yang ada, dapat tersebar bebas tanpa sekat.

    Cara mengubah karya ilmiah versi buku :

1. Mengubah judul : Judul karya ilmiah versi buku hanya berfokus pada objek penelitian saja.

Contoh : judul tesis Pengembangan modul berbasis riset pada materi reaksi redoks untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa kelas X SMA , ketika diubah menjadi judul buku     Kiat Menulis Modul Berbasis Riset

2. Mengubah daftar isi : ikuti pedoman 2W + 1H

Bab I (why), jelaskan pentingnya, alasan penggunaan media, metode, strategi, atau model yang menjadi fokus penelitian, dapat ditambahkan pula masalah-masalah mengapa harus menggunakan media, metode, strategi atau model tersebut. Jelaskan pula manfaat dari yang menjadi objek penelitian.

Hapus rumusan masalah, definisi operasional dan tujuan penelitian pada bab I.

Bab II (what), merupakan penjabaran teori-teori dari landasan teori yang ada di bab 2 karya ilmiah. Teori-teori tersebut dapat dijadikan beberapa bab dalam sebuah karya ilmiah versi buku.

Selanjutnya adalah (how), dapat dituliskan di bab berikutnya setelah penjabaran dari beberapa teori. Isinya menjelaskan bagaimana tahap pembuatan, bagaimana hasil pembuatan, dan bagaimana penerapannya.

3. Mengubah sedikit isi karya ilmiah

A. Penting sekali memperbanyak isi materi variabel bebasnya. Kita dapat menentukan perluasan materi tersebut berdasarkan kata kunci judul buku kita.

B. Hilangkan semua kata penelitian/ laporan PTK, laporan skripsi, dan lainnya yang biasanya ada di karya ilmiah.

C. Boleh menampilkan grafik tetapi jangan terlalu banyak, cukup yang penting saja. Agar tidak mengalami kesulitan dalam mengubah bab 4 versi karya ilmiah, kembali harus mengikuti hanya pedoman how. Cukup ambil isi bab 4 tentang bagaimana pembuatan yang menjadi objek penelitian, ceritakan bagaimana ketika diaplikasikan dalam sebuah pembelajaran, kira-kira menemui kendala apa, masalah dan kelebihan apa, dan bagaimana hasilnya ketika yang menjadi fokus penelitian itu diterapkan di pembelajaran (dilihat dari hasil belajar siswa, aktivitas siswa selama pembelajaran, respon siswa dan sebagainya). Dapat pula disematkan sedikit hasil penelitian ketika menjelaskan bagaimana hasil penerapannya.

4. Secara kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan. Susunan dan gaya tulisan bebas sesuai penulis.

Cara agar tidak terkena self plagiarisme :

  1. Dapat menggunakan teknik parafrasa.
  2. Tambah rujukan baru, jadi akan ada informasi terbaru yang disematkan dalam karya ilmiah versi buku tersebut
  3. Pilah isi dari karya ilmiah asli yang benar-benar dianggap penting untuk dicantumkan dalam karya ilmiah versi buku
  4. Laporan karya ilmiah yang dibukukan haruslah sudah dipublikasikan
  5. Berikanlah ulasan mengenai kelebihan dan kelemahan penelitian yang dilakukan agar pembaca yakin bahwa penelitian tersebut benar adanya
  6. Jika ada rujukan baru, maka rujukan yang diambil boleh menggunakan blog, namun situs yang digunakan harus situs blog resmi bukan blog pribadi.
  7. Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan aturan penerbit masing-masing.
    Pesan terakhir dari ibu Nora, agar karya ilmiah kita memiliki manfaat yang lebih, maka dapat diubah ke dalam bentuk buku. Fungsinya agar dapat dibaca oleh para pengajar lainnya. Ini lebih baik daripada berbagi file laporan karya ilmiah kita.

    Jika karya ilmiah kita dibukukan, selain memberi manfaat dalam berbagi ilmu, buku karya ilmiah karya kita juga akan memiliki ISBN. Ini sangat penting dan mungkin dibutuhkan bagi pengajar untuk menambah angka kredit.

    Selain itu, karya kita juga tidak akan lekang oleh waktu tentang kebermanfaatannya.

    Ilmu yang sangat bermanfaat sekali dari ibu Noralia. Tentunya pengetahuan baru lagi kudapat kali ini. Semoga saat prakteknya nanti, jadi lebih mudah. Mengubah karya ilmiah menjadi buku. 






Tanggal pertemuan    : 12 April 2021

Resume ke                 : 4

Tema                          : Mengubah Karya Ilmiah Menjadi Buku

Narasumber                : Noralia Purwa Yunita, M.Pd

Gelombang                 : 18

Anita Azis, S.Pd.I - Bekasi