Corona ... oh, corona .... sampai kapan kau akan pergi dari muka bumi ini? Setahun sudah, kau hadir dengan beragam cerita, yang memilukan tentu saja. Tidak hanya kesedihan keluarga yaang menjadi korban meninggal dunia akibat penyakit yang kau timbulkan, tapi semua segi kehidupan ikut terkena imbasnya.
Banyak cerita mengenai masa pandemi, yang tak akan pernah habis diceritakan. Biasanya seputar sekolah, atau seputar pekerjaan dari lingkungan sekitar. Tapi siang ini, cerita yang kudengar adalah tentang dunia penerbit. Tidak hanya sekedar cerita,, tetapi juga berbagi wawasan oleh bapak Edi S. Mulyanta yang sudah nyaris 20 tahun menangani penerbitan di penerbit Andi.
Beliau bercerita bahwa hampir 1 tahun ini, ada pengalaman yang tidak dijumpai di tahun-tahun sebelumnya. Adanya pandemi yang luar biasa mengubah perputaran bisnis di semua bidang termasuk penerbit buku.
Baru pada bulan Maret 2021.kegiatan penerbitan dapat dikatakan kembali berjalan normal. Akan tetapi tantangan yang telah ditimbulkan akibat pandemi tidak mudah dilalui dan selesaikan dalam waktu dekat.
Dunia penerbitan, baik penerbit mayor atau penerbit minor, adalah dunia bisnis semata, dimana mencari keuntungan adalah nomor satu. Outlet utama adalah pasar toko buku, di samping tentunya pasar di luar toko buku juga tidak dapat dikesampingkan. Toko buku inilah yang menjadi soko guru dari bisnis ini sehingga ketergantungan sudah menjadi suatu ekossistem yang khas dalam dunia penerbitan.
Tugas penerbit adalah mendapatkan naskah yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.
Tugas penulis adalah menghasilkan naskah buku yang memenuhi kriteria bagi penerbit. Penerbit akan mengolah naskah buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman.
Mengenai penerbitan, yang menarik di sini adalah tentang ISBN. Yang saya tahu, sebuah buku diakui jika memiliki ISBN. Terlebih lagi penerbitnya sudah tergabung dalam IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) seperti penerbit ANDI.
Apa sih manfaat ISBN? Pak Edi juga, memberikan informasinya. Manfaat ISBN yaitu sebagai identitas sebuah buku, sarana promosi, alat untuk memperlancar arus distribusi, sarana temu kembali informasi, meningkatkan point angka kredit untuk kenaikan pangkat/golongan dosen, sekaligus menjadi salah satu alat ukur untuk penilaian akreditasi universitas.
Kereen tulisan nya bun, menghubungkan realitas dengan materi luarbiasaπ
BalasHapusTerima kasih ibu, selalu mau mampir π€
HapusSemangat Bund, sukses selalu π
BalasHapusTerima kasih bu, sudah mampir. Semangat maju bersama ... π€π₯π₯
HapusSuka bacax bu, menggabungkan realita dengan materi
BalasHapusHehehe ... masih bingung bu, maklumlah π
HapusTerima kasih sudah mampir π
keren bu nita ulasany sesuai realita sekarang ini...π
BalasHapusMakasih bu, masih banyak kurangnya ya π
HapusMoga sukses
BalasHapusSama-sama bu, terima kasih
HapusSama-sama bu ... sukses bersama ya
BalasHapusSuka... ππ corona emang bikin pusingπ♀️π♀️ semoga lekas lenyap terhempas angin... tp semoga semangat menulis kita tdk surutπͺπͺ
BalasHapusAamiin ... semangat teruss ... π₯π₯
Hapussetuju ibu semoga dibalik wabah ada hikmah yang terbaik. aku padamu.....
BalasHapusAamiin .... makasih bu π€
HapusSenangnya baca resumenya bu. Mantap betul.
BalasHapusTerima kasih bu π€
HapusBagus sekali bu resume nya.. sukses selalu nggih
BalasHapusSiap, pak ! Hehehe ... jadi malu dibaca narasumbernya π.
HapusTerima kasih ilmunya, pak π