Masih di atas si merah yang melaju santai di tengah teriknya sang surya, teringat hari ini hari Jum'at, waktunya pelatihan pukul 13.00 nanti. Langsung, tambah kecepatan biar bisa segera sampai di rumah. Masih ada waktu satu jam lagi untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Maklum, naluri emak-emak keluar setibanya di rumah.
Sudah ganti kostum, masuk kamar mandi, pakaian kotor berpindah ke ember. Semangat, ke lantai atas menyelesaikan cucian, mumpung matahari sedang tak malu-malu. Biasanya urusan cuci mencuci jam 03.40, tapi hari ini harus diselesaikan karena besok selepas subuh lanjut bergegas antar si bontot tes psikotes di Cikarang.
Upss...! Lewat lima menit dari pukul 13. Ngintip ponsel sebentar. Bu Aam sudah membuka pelatihan dengan salam. Buka laci, ambil laptop, colok sana, colok sini, ambil buku, ambil bantal. Kalau sedang tak puasa, tak ketinggalan air putih dan cemilan, hehehe ..... Alhamdulillah, kerjaan rumah beres, siap mendapat ilmu baru.
Wow, narasumbernya masih muda ! Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Berprofesi sebagai guru IPA di SMP Negeri 1 Cipeundeuy, Subang, telah menghasilkan banyak buku, baik buku solo maupun antologi, dengan beragam prestasi juga. Mau lebih dekat dengan bu Ditta, simaklah profilnya di https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html.
Mental dan Naluri Penulis. Ibarat jiwa daan raga, teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup". Pada pelatihan sebelumnya sebagian dibahas mengenai teknik menulis. Kali ini ibu Ditta akan membahas mental penulis, merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri.
Mental apa saja yang harus dimiliki penulis, disajikan bu Ditta sebagai sajian pembuka. Disajikan dalam bentuk mind map dan video keren lho! Bu Ditta piawai bernyanyi sambil bermain musik. Luar biasa, multi talenta!
https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1.
Berdasarkan analisis bu Ditta, dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 tipe penulis, yaitu :
1. Dying wrriter atau penulis yang sekarat, yaitu mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis. Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja diperlukan upaya ekstra agar mau hidup sehat kembali untuk menulis.
2.
Dead man, penulis sudah mampu menulis, hanya mentalnya masih lemah sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel, padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.
3.
Sick people, orang-orang yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya.
4.
Alive kategori terbaik, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Kelompok ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses, mampu hadapi tantangan menulis.
Aku termasuk tipe mana ya?? Sepertinya tipe kedua. Tapi entahlah, menurut para ahli, aku termasuk tipe keduakah? Yang pasti, aku suka menulis, masih dalam tahap belajar, selalu ingin belajar, tapi masih tidak percaya diri, belum berani publikasi karena masih ada saja perasaan yang menghambat.
Setelah mengenal tipe-tipe penulis, lanjut pembahasan tentang naluri. Menurut KBBI online, naluri diartikan sebagai dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat seesuaatu; insting.
Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat mmelalui tulisan. Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah oraang-orang melalui goresan tintannya. Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.
Kenali diri dan lingkungan lalu buatlah tulisan. Maka karya-karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.
Berikut tips kelola mental penulis : tetapkan niat, target dan tujuan; ketahui manfaat, kenali kekuatan dan kelemahan, kelola rasa takut. Tips yang diberikan bu Ditta meerupakan solusi yang wajib kuikuti untuk menghilangkan rasa down yang seringkali muncul ketika mempublikasikan sebuah tulisan.
Ada lebih dari sepuluh peserta yang bertanya kepada bu Ditta. Satu yang menarik bagiku, jawaban bu Ditta tentang salah satu mengelola rasa takut dalam menulis adalah dengan mengenali apa yang kita takutkan.
Kita tak akan pernah membahagiakan seluruh penduduk bumi. Tapi pasti, akan ada yang merasakan manfaat dari apa yang kita tulis. Maka, walaupun ia hanya seorang, berbahagialah. Karena kita masih bisa menebar manfaat padanya. Gelap itu ada karena ketiadaan cahaya. Maka fokuslah pada titik terang, bukan titik gelapnya.
Keren sekali bu Ditta, masukannya. Aku akan menanamkan dalam pikiranku agar lebih bersemangat dalam menulis. Kelak aku akan menjadi penulis tipe Alive. Terima kasih untuk ilmunya yang super.
Tanggal pertemuan : 23 april 2021
Resume ke : 9
Tema : Mental dan Naluri Penulis
Narasumber : Ditta Widya Utami, S.Pd.,Gr.
Gelombang : 18
Semangat semoga kita bisa jd kategori "alive"..keren resumenya bu nita..😊👍
BalasHapusaaamiin... maju bersama yaa, bu1!
HapusSiap bu..nita..😊💪💪
HapusWow mantap resume dan kalimat pembukanya. Punya potensi bikin novel nih! Hehe ... Baca kalimat sejak dari perjalanan pulang, mencuci baju hingga membuka laptopnya keren. Seolah melihat langsung kejadiannya.
BalasHapusSemangat Bu! Terima kasih sudah berkenan membuat resumenya 😊🙏🏻
Alhamdulillah disinggahi ibu Ditta yang keren. Terima kasih ya, bu. Jadi semangat dikata punya potensi ☺️. Mohon bimbingannya ya, bu 🙏
Hapus