Kegagalan terbesar adalah tidak mencoba. Kalimat bijak itu seringkali kubaca di sosial media. Aku belum sempat mencari tahu siapa pengarang kalimat tersebut. Yang pasti, karena ingat kalimat itu, aku jadi memberanikan diri mencoba sesuatu yang baru.
Ini kali ketiga aku mendapat pesanan untuk membuat buket. Dua pesanan terdahulu berhasil aku tolak dengan alasan pesanan mendadak, jadi aku tidak berani menerima, khawatir mengecewakan. Itu pesanan perdana, aku tidak mau menerima resiko, aku tidak percaya diri.
Semalam, pesanan ketiga pun datang. Hampir saja aku menolaknya karena rasa tidak percaya diri. Bagaimana nanti kalau hasilnya tidak memuaskan, bagaimana nanti kalau gagal, bagaimana ... dan bagaimana lainnya menghantui pikiran.
Kata hatiku mengatakan yang penting berani mencoba, karena kegagalan terbesar adalah tidak mencoba. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil pesanan itu. Segera kubalas whatsapp temanku dan menerima pesanannya.
Pulang sekolah aku langsung berkeliling mencari bahan-bahan yang dibutuhkan. Bahan utama tidak kudapati, aku membeli bahan alternatif sambil memutar otak bagaimana agar pesanan itu segera kuselesaikan.
Sambil menikmati semangkuk baso aci, mataku tertuju ke toko kado persis di sebelah warung baso tempat aku makan ini. Tiga buah buket cantik terpajang di bagian depan. Ahaaa .... kalau sampai toko terakhir aku tidak menemukan bahan-bahan yang kucari, pilihan terakhir adalah, membeli salah satu buket itu dan menata ulang sesuai pesanan.
Untunglah di toko terakhir, aku menemukan apa yang kucari, meski warnanya tak sesuai harapan. Segera bahan-bahan untuk membuat buket berpindah ke tanganku. Rupanya aku ditakdirkan untuk mencoba membuat sendiri, tidak menata ulang yang sudah jadi.
Ternyata, tak semenakutkan yang kubayangkan. Buket pun selesai tak perlu waktu lama. Tapi tetap saja rasa tak percaya diri kembali merasuki. Kuperlihatkan buket hasil karyaku kepada mama dan adikku. Komentar mereka semua baik. Aku belum percaya, kebetulan kakak dan keponakanku baru saja datang. Mereka langsung kutodong memberi komentar mengenai buket itu.
Masih kurang puas. Aku menghubungi beberapa teman kerja. Hasilnya sama, mereka semua berkomentar baik, mereka bilang bagus, hanya warnanya yang sedikit pucat. Ya, aku akui memang warnanya kurang cerah, karena warna yang ada hanya itu, tak ada pilihan lain.
Sampai waktunya tiba untuk mengantar buket pesanan ke pemiliknya. Aku masih berdebar, tapi aku siap menerima apapun yang akan terjadi. Alhamdulilah, ternyata si pemesan suka. Aku berniat dalam hati, setelah pesanan perdana ini aku akan mempersiapkan bahan-bahan agar jika ada pesanan lagi, aku bisa lebih mantap.
Andai saja aku tidak pernah mencoba. Aku adalah orang yang gagal. Karena dengan mencoba aku bisa tahu apa kekurangan yang harus diperbaiki di kemudian hari. Terima kasih buat keluarga dan teman yang sudah memberi semangat dan masukan.
Yuk, siapa lagi yang mau pesan buket cantiknya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar