Rabu, 10 November 2021

Strategi Menangkal Hoaks

 "Menyebarkan berita yang sebetulnya kita ketahui bohong adalah kejahatan kemanusiaan." - Handoko Gani -

Aku baru saja menutup WAG RT. Hmm ... paling malas kalau ada yang ngeshare berita yang gak jelas, apalagi sifatnya memprovokasi. Belum lagi tentang pengobatan yang jelas-jelas tidak masuk akal, dan bertentangan dengan ilmu kedokteran. Kaya'nya si ibu yang sering ngeshare berita hoaks, perlu diajak ikutan kelas Guru Motivator Literasi Digital. Apalagi tema hari ini pas banget.

Bicara mengenai hoaks, apa sih sebenarnya hoaks itu? Bagaimana pula cara mengetahui sebuah berita itu hoaks atau bukan. Semuanya akan dibahas di pertemuan kelima hari ini bersama nara sumber cantik, Ibu Heni Mulyati, M.Pd dan dimoderatori oleh bapak Muliadi.

Sebelum menyimak pemaparan narasumber,  berikut sedikit tentang beliau. Ibu Heni Mulyati, M.Pd lahir di Cilacap, 11 Januari 1982. Saat ini beliau sebagai koordinator Pengembangan Kurikulum Literasi Media, Mafindo bekerja sama dengan Internews, didukung USAID.

Mafindo adalah organisasi kerelawanan yang didukung tim profesional yang berdiri pada 19 November  2016. Merupakan salah satu dari enam organisasi periksa fakta di Indonesia yang menjadi IFCN Signatory, serta peserta aktif forum periksa fakta nasional dan Internasional.

Bu Heni memulai pelatihan dengan  membahas tentang perkembangan era digital dan banjir informasi. Beliau mengajak peserta bernostalgia ke era internet belum ditemukan. Media informasi sangat terbatas, seperti TV, radio, dan koran cetak. Komunikasi masih menggunakan telepon rumah atau telepon umum yang menggunakan koin atau wartel. Berkirim kabar pun melalui surat menyurat yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk sampai.

Sekarang semua berubah. Saluran televisi sudah banyak dan semua ada di genggaman. Siapapun bisa menjaddi pembuat, penyebar, dan pengguna informasi. Bahkan sudah banyak orang yang menjadi milyader karena mempunyai channel youtube sendiri.

Perubahan teknologi berdampak pada masifnya informasi yang diterima baik informasi yang serius maupun yang tidak. Ada beberapa situasi yang perlu disadari terkait dengan  banjirnya informasi, yaitu : 

  1. Era post truth, menggambarkan situasi ketika hoaks memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dibandingkan fakta yang sebenarnya.
  2. Matinya kepakaran, adalah suatu frasa yang menggambarkan ketidak percayaan terhadap pendapat para pakar yang notabene memiliki pendidikan ataupun sertifikasi sesuai kapasitas ilmunya (Nichols, 2018).
  3. Filter bubble, mengacu pada data atau history pengguna, dan Echo  chamber, berdasarkan kesamaan informasi antar pengguna.
Hoaks berasal dari kata hocus yang artinya menipu atau mengelabui, digunakan sekitar akhir abad 17 di Inggris. Hocus pokus = celoteh tanpa arti untuk mengelabui, mirip dengan sim salabim di sulap. Hoaks adalah inforrmasi yang sesungguhnya tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar.

Ada banyak alasan orang percaya hoaks, diantaranya :
  • Kemampuan literasi digital dan berpikir kritis yang belum merata.
  • Polarisasi masyarakat
  • Belum cakap memilah informasi dan minimnya kemampuan periksa fakta.
Ada orang yang percaya hoaks, adapula orang yang menyebarkan hoaks dengan alasan, salah satunya ekonomi. Orang membuat situs tertentu yang isinya provokatif. Ketika orang mengunjungi situs tersebut, maka akan menddapatkan keuntungan ekonomi. Pembuat dapat uang, kita dapat perpecahan, debat, dan sebagainya.

Ada 7 misinformasi dan disinformasi yang dapat disimak pada tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=ojCpsFhmSS0 
Misinformasi adalah informasi salah, penyebarnya tidak tahu kalau itu salah, umumnya tidak disengaja. Sementara disinformasi ada unsur kesengajaan.

Berikut contoh hoaks yang mungkin pernah kita dapat. Ada yang namanya satire atau parodi, konten palsu, koneksi yang salah. 











Bagaimana cara mendeteksi suatu informasi hoaks atau bukan, dengan melihat ciri-cirinya, yaitu sumber informasi tidak jelas, biasanya membangkitkan emosi, alasan yang kelihatan ilmiah tapi salah, isinya sembunyikan fakta, dan minta diviralkan atau disebar.

Adapun dampak hoaks, antara lain : 
  • timbul perpecahan dan saling curiga
  • bingung membedakan informasi yang bisa dipercaya dan tidak
  • hilangnya nyawa karena informasi yang salah.
Bagaimana melakukan periksa fakta singkat :
  • Gunakan Google Reverse Image/ Google images untuk cek unggahan foto
  • Cek pada media yang kredibel (anggota dewan pers)
  • Cek pada situs pencari fakta, seperti https://turnbackhoax.id/ atau situs https://cekfakta.com/ 
  • Gabung di grup FB : Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH)
  • Instal aplikasi Hoax Buster Tools dari Mafindo
  • Cek pada Kalimasada (WA Mafindo) atau chatbot untuk fungsi sejenis
Jika menerima informasi melalui WA, berikut cara untuk cek hoaks atau bukan 

Di akhir pemaparanya, narasumber berpesan agar kita bersikap bijak dalam menggunakan media digital. Apa yang kita unggah, akan tinggalkan jejak. Oleh karena itu kita harus periksa faktanya dulu.

Waah ... senangnya dapat ilmu baru lagi. Jadi gak sabar nih mau berbagi dengan tetanggaku yang suka sekali menyebarkan hoaks di WAG. Bersyukur sekali bisa ikut pelatihan GMLD. Narasumbernya keren-keren, ilmunya luar biasa, gratis pula. Nyesel deh yang gak ikutan.


Pertemuan ke : 5
Tanggal : 10 November 2021
Tema : Strategi Menangkal Hoaks
Narasumber : Heni Mulyati, M.Pd
Moderator : Muliadi

11 komentar:

  1. A perfect writing is a finished one, you made it, and your resume is awesome

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah mengerjakan tugasnya dengan baik. Semoga kelak bisa jadi buku yang bermutu.

    BalasHapus
  3. Keren Bunda, bagus sekali 🥰 salam Literasi 🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih bunda 🙏 semangaaatt ... 🔥🔥

      Hapus
  4. Ayo kan mantap ,semangat Bu pasti bisa

    BalasHapus
  5. resume yang indah . usul dikit, flayer utama di tarik samping dan bawah biar besar. mksh

    BalasHapus
    Balasan
    1. siap pak, flyer saya perkecil dari aslinya, hehe ... berarti next, ukuran asli saja ya. terima kasih pak, masukannyaa

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus