Rabu, 03 November 2021

Yuk, Kelola Jejak Digital yang Baik!


 "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain." - Hadits riwayat Ath Tabrani -

Hari kedua Pelatihan Guru Motivator Literasi Digital, menampilkan narasumber seorang motivator hebat yang tak asing lagi. Dedi Dwitagama, seorang guru matematika di SMKN 50 Jakarta Timur. Ini kesekian kalinya saya mendapatkan ilmu dari beliau. Mau mengenal beliau lebih dekat lagi, silakan ikuti sosial medianya.

Pertemuan kali ini sedikit berbeda karena berisi tanya jawab dari awal hingga berakhirnya pelatihan. Tentu sangat menarik Banyak yang antusias ingin menggali lebih dalam ilmu yang dibagikan narasumber.

Pak Dedi mengawali dengan melemparkan sebuah pertanyaan. Adakah nama guru yang dikenang selama bersekolah dari TK hingga perguruan tinggi, dan mengapa nama guru tersebut begitu dikenang?
Pertanyaan yang mudah ya. 

Satu demi satu peserta menjawab. Aku pun tak ketinggalan ikut memberi jawaban. Kalau ditanya mengenai guru yang paling dikenang, akulah yang paling bahagia menjawabnya. Seketika memoriku kembali ke masa lalu mulai TK sampai kuliah, banyak guru yang begitu membuatku terkesan dan mengenang beliau hingga kini. Tapi dalam kesempatan ini hanya dua yang kukenang. Tak cukup waktu untuk menceritakan semua, hehehe ...

Setiap selesai peserta meyebutkan nama guru dan apa yang berkesan, pak Dedi menampilkan slide berisi foto-foto. Beliau meminta kami melihat dari foto-foto tersebut apakah ada guru yang dimaksud. Aku pun mencari sosok guru SD ku, bapak Marihot Simanjuntak. Sosok tersebut tak kutemukan.

Ternyata maksud dari pak Dedi menampilkan foto-foto tersebut adalah menyadarkan bahwa tak ada jejak digital yang ditinggalkan dari guru-guru yang kami kenang. Terang saja, pak. Aku SD sudah puluhan tahun yang lalu dimana belum ada ponsel, laptop apalagi internet. Itu hanya sebuah argumen. Buktinya Ki Hajar Dewantara, yang lebih lama masanya, masih dapat kita kenang dan temukan jejak digitalnya.

Dari pertanyaan sederhana itulah, pak Dedi mengajak peserta untuk dapat meninggalkan jejak digital dengan karya yang bermanfaat. Pada dasarnya setiap manusia itu unik. Keunikan masing-masing manusia itulah yang paling mudah dijadikan keunggulan yang bisa melejitkan namanya. 

Tetapi bagaimana itu bisa melejit kalau kita tidak membuat jejak digital. Jadi persoalannya bukan karyanya, tapi perbuatan melejitkan keunikan diri yang mungkin dirasa biasa saja. Tapi ketika itu dikelola dengan baik, maka akan menjadi sesuatu yang melejitkan nama kita dan dalam jangka waktu yang sangat lama. Caranya bisa dengan meninggalkan konten di instagram, di blog, website, youtube, dan masih banyak lagi.

Demikian salah satu pertanyaan yang dijawab pak Dedi. Ada beberapa pertanyaan lagi yang intinya bagaimana meninggalkan jejak digital yang baik. Mulai dari hal sederhana. Bisa berupa foto, kegiatan di kelas, cerita tentang siswa, atau apa saja yang bisa dilihat, dibaca, atau ditonton orang lain melalui media digital.

Aku sudah mencoba membuat blog, sejak pertama kali mengikuti pelatihan pak Dedi pada tahun 2015. Benar, seperti yang pak Dedi katakan, bahwa dimulai dari hal yang sederhana. Meskipun bagiku itu biasa saja, yang penting terus berusaha membagikan sesuatu yang bermanfaat. 

Sempat mencoba seperti yang pak Dedi contohkan mencari tahu apakah ada jejak digital yang sudah aku tinggalkan. Kuketikkan namaku di pencarian google. Hanya ada beberapa hal yang terlihat. Aku mencoba mengetikkan nama panggilan yang kupakai di blog. Keluarlah beberapa judul isi blog tersebut. Mungkin sebaiknya nama asli saja yang dipakai dalam membuat jejak digital. Inilah pertanyaanku yang belum terjawab oleh pak Dedi, karena keterbatasan waktu.

Ada kebahagiaan tersendiri manakala ketika kita searching nama kita, keluarlah semua yang kita tulis di blog maupun video di channel youtube, meski bukan suatu konten yang wow. Apalagi jika anak didik kita laporan "Bu, ada foto kita lho, di google!" Beruntung sekali aku bisa mengikuti berbagai pelatihan. Bukan hanya ilmu yang didapat, tapi rasa kebahagiaan tersendiri apabila ilmu tersebut kita amalkan.

Diakhir pemaparannya, pak Dedi memberikan closing statement "Intinya peribahasa gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Itu semua tidak akan terjadi kalau kita tidak meninggalkan jejak kebaikan di media digital. Jika kita tak peduli atau menganggap media digital itu hal yang negatif, merepotkan, menyusahkan, mahal, dan negatifisme lainnya, mungkin anda ingin menjadi seperti lilin. Anda menerangi, tapi kemudian mati, dan hilang jejaknya." 

Yuk, mulai belajar mengelola jejak digital yang baik. Walaupun belum bisa setenar pak Dedi atau Omjay. paling tidak bagi keluarga, bagi anak cucu kita kelak. Kabarkan kebaikan melalui akun media sosial. Yang baru ingin mengenal blog, belajar dari blog pendidikan pak Dedy pada link berikut https://dedidwitagama.wordpress.com/

Ilmu yang sangat bermanfaat dari pak Dedi Dwitagama. Ibu Helwiyah sebagai moderator menutup pertemuan hari ini. Meski di rumahku jaringan masih datang dan pergi sesuka hatinya, namun aku tetap sabar menunggu setiap chat yang masuk. Akhirnya resume pun selesai satu jam usai pelatihan. Terima kasih Pak Dedi dan bu Helwiyah. 



Pertemuan ke : 2
Tanggal : 03 November 2021
Tema : Yuk, Kelola Jejak Digital yang Baik
Narasumber : Dedi Dwitagama
Moderator : Helwiyah

6 komentar:

  1. Balasan
    1. Terima kasih bapak sudah berkunjung. Terima kasih juga tuk ilmunya 🙏

      Hapus
  2. Satu lgi jejak digital yg bagus untk anak cucu kelak...

    BalasHapus
  3. Tentang bagaimana pentingnya arti jejak digital

    BalasHapus